Minggu, 16 Maret 2014

Penalaran Deduktif


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
Sedangkan Penalaran Deduktif  itu sendiri adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.

Contoh klasik dari penalaran deduktif :
·         Semua mahluk hidup pasti mati. (premis mayor)
·         Manusia adalah mahluk hidup. (premis minor)
·         Manusia pasti mati. (kesimpulan)

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.

Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
1.    Silogisme Kategorial
2.    Silogisme Hipotesis
3.    Silogisme Alternatif
4.    Entimen.

1.   Silogisme Kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis.
Silogisme Kategorial: Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum             : Premis Mayor (My)
Premis khusus           : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan        : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan
     kesimpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8 ) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh Silogisme Kategorial :
My       : Semua mahluk adalah ciptaan Tuhan.
Mn       : Manusia adalah mahluk.
K          : Manusia ciptaan Tuhan.

My       : Tidak ada anak kecil yang tidak menyukai permen.
Mn       : Baim adalah anak kecil.
K          : Baim menyukai permen.

My       : Semua siswa SLTA memiliki ijazah SLTP.
Mn       : Andi tidak memiliki ijazah SLTP.
K          : Andi bukan siswa SLTA.

2.   Silogisme Hipotesis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorial.

Contoh Silogisme Hipotesis :
My       :Jika hujan, saya naik mobil.
Mn       : Sekarang hujan.
K          :Jadi, saya naik mobil.

My       : Bila hujan, pakaian yang dijemur akan basah.
Mn       : Sekarang pakaian yang dijemur telah basah.
K          : Jadi, hujan telah turun.

My       : Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
  kegelisahan akan timbul.
Mn       : Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
K          : Jadi, kegelisahan tidak akan timbul.

My       : Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Mn       : Pihak penguasa tidak gelisah.
K          : Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalanan.

3.   Silogisme Alternatif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan alternatif sedangkan premis minornya kategorial yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotesis istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.

Contoh Silogisme Alternatif :
My       : la lulus atau tidak lulus.
Mn       : Ternyata ia lulus.
K          : Jadi, ia bukan tidak lulus.

My       : Hasan di rumah atau di pasar.
Mn       : Ternyata tidak di rumah.
K          : Jadi, di pasar.

4.  Entimen merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi
             tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada
 dasarnya adalah silogisme.

Contoh Entimen :
My       : Manusia mahluk rasional.
Mn       : Ayam bukan manusia.
K          : Ayam tidak rasional.

My       : Setiap manusia pernah lupa.
Mn       : Mahasiswa adalah manusia.
K          : Mahasiswa pernah lupa.

Sumber :
http://rosicute.wordpress.com/2010/02/24/penalaran-deduktif-dan-analisa-silogisme-kategorial/
http://kuroinoshiroyuki.blogspot.com/2010/03/penalaran-deduktif-dan-induktif.html
http://nugrohoadi2ka12.wordpress.com/2011/05/30/penalaran-deduktif/
http://zhonsshethevanss.blogspot.com/2012/10/analisa-penalaran-deduktif.html